BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perubahan fase
zat cair ke padat disebut membeku. Hal ini banyak terjadi dilingkungan sekitar
kita, terutama di negara yang memiliki musim dingin. Setiap zat mengalami
pembekuan dengan waktu yang berbeda-beda, sebab titik beku yang dimiliki oleh
masing-masing zat berbeda. Semakin tinggi titik bekunya maka zat tersebut akan
cepat mengalami pembekuan.
Negara yang bermusim dingin mengalami proses pembekuan yang berlangsung
cepat sekali, mulai dari air yang berada di alam bebs maupun air dalam radiator
kendaraan bermotor, karena hal itu sangat merugikan maka untuk menanggulangi
hal tersebut dilakukan penurunan titik beku. Penurunan titik dengan cara
menambahkan suatu zat anti beku kedalam radiator. Penurunan titik beku terjadi
karena terjadi kenaikan tekanan cairan dalam radiator, sehingga cairan membeku
dalam suhu yang lebih rendah dari pelarutnya. Penurunan titik beku larutan
encer sebanding dengan konsentrasi massanya.
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan
sama dengan tekanan uap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada
titik beku pelarut murni. Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku
terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama
daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.
Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan
uap berubah, biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan
kata lain, jika cairan tersebut tidak murni, maka titik bekunya berubah (nilai
titik beku akan berkurang).
Seperti yang kita tahu bahwa titik beku pelarut
murni berada pada suhu 0oC, tapi dengan adanya zat terlarut misalnya
saja kita tambahkan gula ke dalam air tersebut maka titik beku larutan ini
tidak akan sama dengan 0oC lagi, melainkan akan turun menjadi
dibawah 0oC, dan inilah yang dimaksud sebagai “penurunan titik
beku”.
Dalam percobaan ini akan diteliti tentang perubahan
titik beku pelarut murni yang telah ditambahkan zat terlarut lain kedalamnya dan
mencoba pembuktian bahwa titik beku larutanya akan lebih rendah dibandingkan
pelarut murninya..
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa permasalahan dalam penelitian
Kimia mengenai penurunan titik beku larutan ini antara lain :
Bagaimana pengaruh jumlah partikel terhadap penurunan
titik beku ?
Bagaimanakah pengaruh molalitas terhadap penurunan titik
beku larutan ?
Bagaimanakah titik beku larutan jika dibandingkan dengan
titik beku pelarut murninya ?
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami, mengetahui dan mengamati pengaruh jumlah partikel dan
molalitas suatu larutan terhadap penurunan titik bekunya.
1.4 Manfaat
Beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dari penelitian
yang kita lakukan yaitu kita dapat mengetahui bagaimana pengaruh jumlah
parrtikel dan molalitas suatu larutan terhadap penurunan titik bekunya jika
dibandingkan dengan penurunan titik beku dari pelarut murninya.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Larutan merupakan suatu campuran yang homogen, dan dapat
berwujud padatan, atau cairan. Akan tetapi, larutan yang paling umum dijumpai
adalah larutan berbentuk cairan, dimana suatu zat tertentu dilarutkan ke dalam
pelarut yang berbentuk cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu (James
Brady, 2003).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak
bergantung pada jenis zat terlarut tettapi bergantung pada banyaknya jumlah
partikel zat terlarut dalam larutan (Syukri, 1999)
Terdapat
empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, ataukira-kira pada larutan
yang ada. Jadi, sifat-sifat tersebut tidak tergantung pada jenis terlarut.
Keempat sifat tersebut ialah penurunantekanan uap, peningkatan titik didih,
penurunan titik beku, dantekanan osmotik yang semuanya dinamakan sifat-sifat
koligatif
(Petrucci, 1987).
Titik beku adalah suhu pada saat larutan mulai membeku pada tekanan luar
1 atm. Titik beku normal air adalah 0°C. Jika air murni didinginkan
pada suhu 0°C, maka air tersebut akan membeku dan tekanan uap permukaannya
sebesar 1 atm. Tetapi, bila kedalamnya dilarutkan zat terlarut yang sukar
menguap, maka pada suhu 0°C ternyata belum membeku dan tekanan uap
permukaannya lebih kecil dari 1atm. Supaya larutan membeku tekanan uap
permukaannya harus mencapai 1 atm. Hal ini dapat dicapai bila suhu larutan diturunkan
(Yazid, 2005).
Setiap larutan memiliki nilai titik didih dan titik beku.
Nilai titik dididh dan titik beku larutan masing-masing berbeda. Misalnya saja
air, air meiliki titik didih sebesar 100˚C dan mempunyai nilai titik beku
sebesar 0˚C. Titik dididh dan titik beku air tadi tentu berbeda dengan larutan
lainnya (Annisa, 2008).
BAB
III
HIPOTESIS
Hipotesis
dari penelitian ini adalah larutan NaCl 2 M akan memiliki titik beku yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan larutan NaCl 1 M karena larutan NaCl 2 M adanya
perbedaan jumlah partikel.
Hal yang sama berlaku pada larutan glukosa, lartutan
glukposa 2M akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan
larutan glukosa 1 M. adapun aquades memiliki titik beku yang normal.
BAB
IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis atau metode penelitian yang digunakan adalah metode
praktikum.
4.2 Variabel
4.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian mengenai penurunan titik
beku larutan ini adalah larutan.
4.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat
pada penelitian mengenai penurunan titik beku larutan ini adalah penurunan
titik beku.
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
4.3.1 Tempat Penelitian
Tempat
yang digunakan selama penelitian berlangsung yaitu SMAN 21 Makassar.
4.3.2 Waktu Penelitian
Waktu
penelitian berlangsung mulai pada hari Jum’at, 21 September 2012
4.4 Alat dan Bahan
4.4.1 Alat
1)
1 buah gelas kimia 500 ml
2)
1 buah tabung reaksi
3)
1 buah termometer
4)
1 buah pengaduk kaca
4.4.2 Bahan
1)
Es dicampur garam
2)
Aquades
3)
Larutan NaCl 1M
4)
Larutan NaCl 2M
5)
Larutan glukosa 1M
6)
Larutan glukosa 2M
4.5 Cara Kerja
1.
Masukkan es dicampur garam dalam gelas kimia. Campuran ini
merupakan pendingin yang digunakan dalam kegiatan ini.
2.
Isi tabung reaksi dengan aquades 5 ml. Masukkan pengaduk
kaca kedalamnya. Kemudian, masukkan tabung reaksi tiu dalam larutan pendingin.
Gerakkan pengaduk nai-turun sehingga semua aquades membeku.
3.
Keluarkan tabung reaksi dari larutan pendingin dan
biarkan sampai es dalam tabung reaksi mencair sebagian. Gatilah pengaduk dengan
termometer. Dengan hati-hati, aduklah air es dalam tabung reaksi dengan
termometer. Kemudian, catatlah temperatur yang ditunjukkan oleh campuran air
dan es yang diperoleh dari pembekuan aquades.
4.
Ulangi kegiatan 2 dan 3 dengan menggunakan larutan
glukosa 1m dan 2 M.
5.
Ulangi kegiatan 2 dan 3 dengan menggunakan larutan NaCl
1M dan 2 M.
BAB
V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
No.
|
Larutan
|
Titik
Beku (˚C)
|
Titik
Beku Larutan-Titik Beku Akuades (˚C)
|
|
1
|
Glukosa
1M
|
-3
|
3
|
|
2
|
Glukosa
2M
|
-6
|
6
|
|
3
|
NaCl
1M
|
-6
|
6
|
|
4
|
NaCl
2M
|
-12
|
12
|
|
5
|
Aquades
|
0
|
0
|
5.2 Gambar Hasil Penelitian
Gambar 5.2.1 Uji Akuades 5 ml Gambar 5.2.2 Uji NaCl 1M
Gambar 5.2.3 Uji Glukosa 1M
Gambar 5.2.4 Bahan uji glukosa 1M Gambar 5.2.5 Bahan uji NaCl 1M
Dan 2M
5.3 Pembahasan
Larutan mempunyai
sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat penting dari suatu
larutan adalah penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur tetap dimana
suatu zat tepat mengalami perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang
mengalami pembekuan memiliki tekanan 1 atm. Penambahan zat terlarut nonvolatil
ke dalam suatu pelarut menyebabkan terjadinya penurunan titik beku. Keberadaan
partikel-partikel zat pelarut mengalami proses pengaturan molekul-molekul dalam
pembentukan susunan kristal padat, sehingga diperlukan suhu yang lebih rendah
untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya. Hal ini lah yang
menyebabkan terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang keadaannya
ditambahkan zat terlarut.
Telah
diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan zat pelarut.
Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka penurunan titik bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan
konsentrasi molalnya juga bertambah sedangkan perubahan titik bekunya
sebanding dengan konsentrasinya.
Dari
hasil pengamatan yang diperoleh mengenai penurunan titik beku, diperoleh titik
beku larutan NaCl 1M adalah -6˚C sedangkan pada larutan NaCl 2M diperoleh titik
beku -12˚C. Pada larutan glukosa 1M memiliki titik beku -3˚C dan pada larutan
glukosa 2M diperoleh titik beku -6˚C. Adapun aquades meiliki titik beku normal,
yaitu 0˚C. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak jumlah partikel zat
terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, maka penurunan titik bekunya semakin
tinggi pula.
Hal
tersebut juga sesuai dengan teri-teori yang sudah dijelaskan, yaitu titik beku adalah suhu pada
saat larutan mulai membeku pada tekanan luar 1 atm. Titik beku normal
air adalah 0°C. Jika air murni didinginkan pada suhu 0°C, maka air
tersebut akan membeku dan tekanan uap permukaannya sebesar 1 atm. Tetapi,
bila kedalamnya dilarutkan zat terlarut yang sukar menguap, maka pada suhu 0°C
ternyata belum membeku dan tekanan uap permukaannya lebih kecil dari 1atm.
Supaya larutan membeku tekanan uap permukaannya harus mencapai 1 atm. Hal
ini dapat dicapai bila suhu larutan diturunkan (Yazid, 2005) dan setiap larutan
memiliki nilai titik didih dan titik beku. Nilai titik dididh dan titik beku
larutan masing-masing berbeda. Misalnya saja air, air meiliki titik didih
sebesar 100˚C dan mempunyai nilai titik beku sebesar 0˚C. Titik didih dan
titik beku air tadi tentu berbeda dengan larutan lainnya (Annisa, 2008).
Hal ini
juga sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa larutan dengan konsntrasi
molal yang lebih tinggi akan memiliki penurunan titik beku yang lebih tinggi
pula karena adanya perbedaan jumlah partikel dalam larutan.
BAB
VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian/percobaan yang telah dilakukan, maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan
yaitu penurunan titik beku larutan tergantung pada jumlah partikel
zat
terlarut dan zat pelarut. Semakin banyak partikel
zat
terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka penurunan titik bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan
konsentrasi molalnya juga bertambah sedangkan perubahan titik bekunya
sebanding dengan konsentrasinya dan partikel zat.
6.2 Saran
Dalam melakukan kegiatan
penelitian/percobaan ini sebaiknya memerlukan kecermatan yang tinggi dengan
tujuan untuk menganalisis semua kemungkinan yang dapat terjadi selama proses
penelitian penurunan titik beku larutan. Karena, jika tidak cermat dalam
melakukan langkah kerja maka tidak menutup kemungkinan hasil yang di capai
kurang maksimal dan akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Admin. 2011. “Penentuan
Titik Beku Larutan”. [serial online].
http://rega42.wordpress.com/2011/05/21/penentuan-titik-beku-larutan/ [4 Oktober 2012]
Admin. 2009. “Praktikum KimiaUji Sifat Koligatif Larutan.”
[serial online].
Achmad, Hiskia. 1996.
Kimia Larutan. Bandung : PT Citra Aditya Bhakti.
Bird, Tony. 1993. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Soekardjo. 1989. Kimia Fisik. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Tim Penyusun. 2009. Penuntun Praktikum Kesetimbangan dan Dinamika Kimia. Jember : Laboratorium Kimia Fisika FMIPA UNEJ.
Komentar
Posting Komentar